PALOPO — Mahasiswa Pasca Sarjana UMI, Afrianto Nurdin menyanggah pernyataan kepala Bappeda Palopo, Firmanza.
sebelumnya Firmanza mengatakan bahwa tingginya arus urbanisasi menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya pengangguran di kota Palopo.
“Kota Palopo menjadi salah satu kota tujuan pendidikan di wilayah utara Sulsel dan mereka yang telah lulus dari perguruan tinggi masih tetap tinggal di kota Palopo untuk mencari pekerjaan,” kata Firmanza.
Hanya saja, menurut Afri, jika mencermati data BPS dalam angka tahun 2018 dan 2019, dihitung (dalam jiwa) partisipasi angkatan kerja naik 266 orang, di tahun 2018 (75.829) dan tahun 2019 ( 75563).
“Jadi jika melihat nilai pertambahan partisipasi angkatan kerja yang berefek pada pengangguran disebabkan karena urbanisasi, tidak bisa juga menjadi kesimpulan utama.
Tingkat pengangguran (dalam jiwa) malah dari tahun 2017 dan 2018, naik menjadi 510 orang. Terlihat bahwa kenaikan angkatan kerja tidak sebanding dengan naiknya tingkat pengangguran.
,” kata mantan aktivis kota Palopo itu.
“Jika dirinci jumlah pengangguran dari tingkat pendidikan, ternyata pengangguran tertinggi itu pada tamatan SMA dan SMK, yang jika ditotal 4.553 atau setara dengan 51,7 % dari total pengangguran (8795). Pengangguran SMA dan SMK tidak terlihat ada perubahan signifikan nilainya. Malah, TPT untuk jenjang pendidikan SMK, naik dari 2119 menjadi 2185. Bahkan, kenaikan TPT tahun 2017 ke tahun 2018 yang paling besar adalah tamatan SMP dari 825 orang menjadi 1180, bertambah 355,” bebernya. (asm)