Berikan Penghargaan Kak Seto Award, Masyarakat Kutim Diminta Didik Anak dengan Akhlak Mulia

Kak Seto saat memberikan penghargaan kepada Bupati Kutim, Kapolres Kutim dan Dandim.

KUTIM – Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi meminta masyarakat Kutai Timur (Kutim) untuk membimbing anaknya dengan akhlak mulia. Hal itu dia ungkapkan saat memberikan penghargaan Kak Seto Award kepada Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, Selasa (21/5/2024).

Selain Bupati Kutim, penghargaan Kak Seto Award juga diberikan kepada Kapolres Kutim, Dandim, serta Kanit PPA. Pria yang karib disapa Kak Seto itu menjelaskan, dalam mendidik anak harus memperhatikan lima faktor.

Bacaan Lainnya

“Yang penting adalah akhlak mulia, etikanya diperhatikan karena kita tahu isi pendidikan kita ada lima. Nomor satu ada etika, yang kedua adalah estetika atau keindahan cara bertutur kata, berperilaku dan sebagainya,” kata Kak Seto.

“Ketiga baru IT dan keempat Nasionalisme, dan yang kelima adalah kesehatan termasuk kesehatan mental. Sebab Kesehatan mental saat ini banyak dikeluhkan para orang tua karena kadang lupa kita cara mendidiknya, tapi dididik dengan cara-cara kekerasan,” sambungnya.

Selain itu, Seto Mulyadi juga meminta kepada seluruh masyarakat untuk peduli terhadap perlindungan anak. Kepedulian kepada anak dianggap perlu, lantaran masa depan bangsa Indonesia ditentukan anak-anak saat ini.

“Peduli pada hak-hak anak. Tadi sudah disebutkan juga oleh bapak Bupati bahwa ada hak kelangsungan hidup untuk tumbuh dan berkembang, termasuk bermain dengan gembira, termasuk belajar juga dengan gembira,” ujar Kak Seto.

“Jadi dalam mendidik, mohon tidak lagi dengan cara kekerasan, dibentak dan sebagainya. Sudah ada sekolah-sekolah alternatif, pendidikan alternatif, ada sekolah alam dan sekarang juga sudah ada sekolah Rumah atau yang populer disebut home schooling dan itu sudah dijamin oleh undang-undang sistem pendidikan Nasional kita bahwa pendidikan di Indonesia bisa formal, bisa non formal, tapi juga bisa informal,” tambahnya.

Kak Seto menerangkan, pendidikan informal mulai populer saat pandemi covid-19. Pendidikan informal ini mendorong anak belajar dengan cara merdeka.

“Bukan hanya mengembangkan otak kiri, tapi juga otak kanan. Bukan hanya cerdas saja memberikan satu-satunya jawaban yang benar, tapi juga kreatif memberikan alternatif jawaban bahwa sukses itu, baik memang bisa menjadi sarjana, tapi tidak harus selalu,” ucapnya.

“Ibaratnya Indonesia mempunyai 5 tokoh yang hebat, ada 5 rudi yang hebat, ada Rudi Habibi, ada Rudi Hartono ada Rudi Salam, Rudi Choiruddin, ada Rudi Hadisuwarno yang hebat di bidangnya masing-masing,” sambungnya.

Untuk itu, Seto Mulyadi meminta kepada semuanya yang hadir agar menghargai putra-putri dengan kecerdasan masing-masing. Sebab, setiap anak memiliki bakat dan minatnya masing-masing. Orang tua tinggal mengarah bakat anak.

“Kalau jaman now, anak dipaksa jadi dokter atau jadi lawyer, mungkin belum mau. Kalau mereka mau jadi youtuber kenapa tidak kalau itu juga sukses,” tandasnya. (adv)

Pos terkait