JAKARTA — Tanggal 22 Desember hari ini adalah spesial. Seoekarno, melalui dekrit presiden nomor 316 tahun 1959 menetapkannya sebagai Hari Ibu.
Sebuah bentuk penghargaan Bapak Bangsa bagi kiprah perempuan, terkhusus kaum ibu. Peringatan tiap tahun tentu saja hanya simbolik. Sebab, memuliakan ibu adalah tugas yang tak pernah putus.
Begitulah pandangan Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Muhammad Fauzi saat ditanya terkait makna hari ibu baginya. Fauzi menceritakan bagaimana sosok ibu sangat melekat dalam ingatannya.
“Ayah saya meninggal saat saya masih umur 10 tahun. Masa setelah itu, saya delapan bersaudara dibesarkan dari perjuangan seorang Ibu yang hanya Ibu Rumah Tangga semata,” katanya. Suami Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani ini mengatakan Ibunya sangat gigih membesarkan dia dan saudaranya.
Hal yang paling ia rasakan adalah bagaimana ibunya sangat peduli dengan pendidikan. “Dengan banyak keterbatasan, kami lalui hidup dengan saling menyokong. Agama menjadi salah satu titik berat pendidikan Ibu. Dia akan marah besar jika anaknya tak salat, mengaji atau bolos sekolah,” ceritanya.
Sebagai anak paling bungsu, Ketua KAHMI Luwu Utara ini menjadi paling dekat dengan ibunya. Sehingga di masa tua ibunya Fauzi mendapat kesempatan memuliakan ibunya.
“Waktu saya lebih banyak sama Ibu. Apalagi saya dapat giliran paling belakangan berumah tangga. Ibu juga tinggal bersama saya hingga akhirnya dipanggil Yang Mahakuasa,” katanya.
Fauzi punya karir cukup cemerlang di dunia politik. Ia sudah dua kali duduk di DPR RI. Periode pertama lolos DPR RI melalui Partai Bulan Bintang dari Dapil Sumatera. Pada pileg 2019 lalu, ia terpilih di dapil III Sulsel lewat partai Golkar. ” Semua ini berkat doa seorang ibu,” katanya.
Ia berpesan, agar siapa pun yang masih mendapat kesempatan berbakti, agar terus berbuat baik bagi ibunya. Sebab, itu adalah ladang amal terbesar bagi seorang anak.
“Selamat Hari Ibu saya ucapkan. Jika masih diberi kesempatan, teruslah berbuat bagi bagi kedua orang tua kita, terutama ibu,” terangnya. (*/adn)