KUTIM – Anak sangat rentan menjadi objek kekerasan orang dewasa. Hal itu dikarenakan anak dianggap makhluk lemah dan belum tahu apa-apa.
Parahnya lagi, pelaku kekerasan anak itu paling banyak dilakukan orang terdekat mereka, seperti orang tua, kakak dan orang terdekatnya.
Padahal anak usia 0 sampai 18 tahun masih masa pertumbuhan dan perkembangan. Pada usia tersebut tidak jarang mereka mengalami kerentanan yang bisa mengganggu perkembangan psikologis dan sosial.
Berangkat dari itu, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kutai Timur (Kutim) terus berupaya untuk mencari solusi agar anak terhindar dari kekerasan.
Salah satu upaya DPPPA Kutim mengantisipasi kekerasan terhadap anak adalah membentuk Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM).
PATBM merupakan program pemberdayaan yang digagas pemerintah pusat KPPPA untuk menguatkan gerakan partisipasi masyarakat dan kemitraan pemerintah dengan masyarakat dalam perlindungan anak.
DPPPA Kutim menilai, PATBM sangat cocok dibentuk di Kutai Timur. Pasalnya, wadah itu melibatkan peran serta masyarakat dalam menjaga anak menjadi korban kekerasan.
Bahkan, Kepala DPPPA Kutim, Sulastin menjelaskan, pihaknya telah membentuk PATBM hampir di semua Kecamatan Kutai Timur.
“Jadi PATBM sudah ada di Sangkulirang, Muara Ancalong, Sangatta Selatan, Sangatta Utara, Rantau Pulung, Bengalon, Kaliorang, Kaubun, Wahau, Kongbeng, dan Batu Ampar,” jelas Sulastin.
Dia menjelaskan, fungsi terbentuknya PATBM salah satunya adalah untuk memberikan dan atau mengantisipasi terjadinya kekerasan terhadap anak maupun perempuan.
“Menguatkan partisipasi masyarakat untuk perlindungan anak. Kalau ada permasalah mereka dulu yang ambil alih. Mereka perpanjangan tangan kami,” ujarnya.
Hebatnya, DPPPA Kutim juga melibatkan masyarakat setempat untuk menjadi anggota PATBM. Dengan melibatkan masyarakat, kontrol terhadap kekerasan anak dapat lebih dimaksimalkan
“Sebelum dibentuk, ada sosialisasi dulu. Ada pelatihan. Ada narasumber nasional. Ada simulasi. Kita ajari. Dari dinas juga narasumber. Nanti sisanya akan ada tambahan dari Telen dan Teluk Pandan. Jadi tiap tahun ada kegiatan PATBM 2021,” katanya.
Dia berharap PATBM ini mampu meminimalisir kasus kekerasan terhadap anak. Selain itu, menyadarkan masyarakat umum bahwa anak bukanlah barang yang bisa diperlakukan secara kasar. (adv)