DARNIATI Mahmuddin (44) wanita cantik berkulit putih, sempat mencoba peruntungan pada pemilihan legislatif 2019 lalu. Namun, Dewi Fortuna belum berpihak. Ia gagal. Suaranya tidak signifikan untuk terpilih menjadi satu dari 35 anggota DPRD Kabupaten Luwu.
Tabungan dari suami yang bekerja di salah satu perusahaan terkuras untuk membiayai pencalegannya. Ibu Rumah Tangga ini, mengaku kapok dan tak ingin lagi terjun ke dunia politik.
Suatu ketika ia iseng menonton Youtube. Disitu ia melihat cara pembuatan sandal secara sederhana. Diapun tertarik dan langsung mengunjungi salah satu pabrik sandal di Sidoarjo, Jawa Timur. Belajar dan melihat. Lalu membeli sebuah mesin pencetak sederhana berikut bahan yang dibutuhkan. Modalnya, mencapai Rp 100-an juta.
Dari rumahnya di Dusun Mekar Jaya, Desa Kaliba, Kecamatan Walenrang, Kabupaten Luwu, iapun memulai. Dibantu oleh tiga karyawan plus anaknya. ” Di saat emak-emak lainnya sibuk berburu bunga di masa pandemi, saya dan anak-anak malah sibuk membuat sandal di rumah,” katanya, Selasa (03/11/2020).
Sandalnya dibuat beda dengan yang lain. Desainnya tergantung dari pemesan. Baik warna maupun tulisan di sandal. ” Karyawan saya baru empat orang. Mereka adalah anak-anak muda yang penuh kreasi,” katanya.
Untuk sepasang sandal dibandrol dengan harga Rp 35 ribu. Karena unik dan harga yang murah, produk sandal Darniati mulai dikenal. Berawal dari tetangga dan teman. Ia juga memanfatkan media social Facebook untuk memperkenalkan produknya.
Pemesanan terus meningkat setelah ia bergabung dengan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Kabupaten Luwu. Produknya kini sudah merambah ke Papua, Kalimantan, Ambon dan beberapa daerah lainnya di Indonesia.
” Saya cukup kewalahan menerima pesanan dari berbagai daerah. Butuh ketelatenan dan ketekunan untuk mendesain satu sandal. Apalagi, karyawan saya baru empat orang,” katanya. ” Alhamdulillah, ini berkah di masa pandemi. Dalam sebulan, omzetnya mencapai puluhan juta,” tambahnya.
Lewat produk sandal dengan brand JS Hommade, ibu empat anak ini mengaku tak butuh modal dari pemerintah. Harapannya, cuma satu. Pemerintah mempromosikan usahanya. (asm)