GOWA – Sekitar 400 jemaah An-Nadzir di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), menggelar Salat Id merayakan Idul Fitri 1442 Hijriah, hari ini, Rabu (12/5/2021). Mereka pun mengenang stigma sesat hingga dicap teroris pada awal kemunculan mereka.
Dilansir ritmee.co.id dari detikcom, jemaah An-Nadzir Salat Id di halaman masjid perkampungan mereka di Kelurahan Romang Lompoa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Usai salat, pimpinan An-Nadzir Ustaz Samiruddin Pademmui lantas menyinggung stigma sesat hingga dianggap teroris ketika pertama kali muncul.
“Kita sama-sama tahu bahwasanya kurang lebih 20 tahun jemaah An-Nadzir ini muncul di tanah air yang memiliki selaku ciri khas yang ketika awal-awal banyak mencurigai An-Nadzir. Ada yang mengatakan aliran sesat, ada yang mengatakan aneh, teroris dan sebagainya. Sesungguhnya semua itu adalah tidak ada pembuktian sama sekali,” jelas Samiruddin saat khutbah Salat Id.
Saat ditemui wartawan, Samiruddin kembali menjelaskan bagaimana jemaah An-Nadzir berhasil menyingkirkan stigma yang ada dan mereka mulai diterima masyarakat sekitar dan pemerintah.
“Saya kira itu karena mungkin beda tampilan ya secara umum dari pada saudara-saudara muslim kita yang lain, misalnya An-Nadzir itu ciri khasnya pakai sorban, jenggot, kemudian panjang rambut, dipirang, kemudian pakai jubah, gamis,” kata Samiruddin.
Samaruddin menyebut tampilan tersebut ada dalil atau dasar hukumnya. Dia menyebut jemaah An-Nadzir melaksanakan apa yang pernah ditampilkan Rasulullah SAW.
“Karena banyak yang sudah tidak mengenal itu maka ketika pertama kali ditampilkan asli sebagaimana yang pernah ditampilkan oleh Rasulullah, maka ada tanggapan tadi itu, aneh, asing, apalagi masa-masa teroris kan. Tapi alhamdulillah semuanya itu bisa kita klarifikasi baik kementrian agama, majelis ulama dan dari ormas-ormas islam lainnya,” katanya.
Saat disinggung soal pelaksanaan Salat Id pada masa pandemi COVID-19, Samiruddin mengungkap dia tetap mengimbau jemaah untuk tetap memakai masker, terutama saat bepergian. Imbauan pakai masker juga dilakukan sesaat sebelum jemaah hendak melakukan Salat Id.
“Tapi kalau di dalam lingkungan kita di sini kan sebenarnya jemaah An-Nadzir sebelum pemerintah menetapkan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) An-Nadzir sudah lebih duluan PSBB,” sambung Samiruddin.
Hal ini karena jemaah An-Nadzir disebut Samiruddin tinggal di sebuah perkampungan khusus untuk jemaah mereka dan tidak bercampur baur dengan perkampungan masyarakat pada umumnya.
“Jadi saya kira tidak ada masalah untuk jemaah An-Nadzir ya. Tapi kita sendiri tetap mendukung program-program pemerintah, seperti itu,” pungkas Samiruddin.
Untuk diketahui, jemaah An-Nadzir sudah memulai ibadah puasa pada Minggu (11/4) lalu atau dua hari lebih cepat dengan pelaksanaan ibadah puasa yang ditetapkan pemerintah pada Selasa (13/4). Khusus hari ini jemaah An-Nadzir sendiri telah melakukan Salat Id karena dianggap telah memasuki 1 Syawal sesuai perhitungan ruqyat dan hisab oleh tim musyawarah yang telah dibentuk sebelumnya.
“Hasil pemantauan tim musyawarah tadi malam, besok mulai Lebaran, yakni Rabu, 12 Mei,” kata Pimpinan Jamaah An-Nadzir Samiruddin Pademmui. (*)