Ibu Tinggalkan Keluarga, Bocah 12 Tahun di Sulsel Jadi Tulang Punggung Keluarga, Rawat Ayah yang Sakit

SIDRAP – Pada umumnya keseharian anak-anak diisi dengan bermain dengan teman-teman mereka. Namun, hal tersebut tidak didapatkan Aan Nur Pratama, bocah 12 tahun asal Desa Bapangi, Panca Lautang, Sidrap Sulsel.

Sejak lima tahun terakhir, bocah yang duduk di bangku kelas 5 SD ini harus menjadi tulang punggung keluarga. Dia menjadi buruh batu bata menggantikan peran ayahnya yang lumpuh setelah mengalami kecelakaan kerja.

Bacaan Lainnya

Dilansir ritmee.co.id dari Detikcom, sebelum dan sepulang sekolah, Aan dengan telaten merawat ayahnya yang lumpuh serta nenek buyutnya yang dipasung dalam rumah lantaran sudah renta ditemani neneknya yang juga penyandang disabilitas.

Tanggung jawab ini harus diemban oleh sang bocah lantaran Ibu Aan meninggalkan mereka setelah ayahnya lumpuh akibat mengalami kecelakaan saat bekerja sebagai buruh batu bata. Kecelakaan kerja itu membuat tulang belakangnya patah dan mengalami kelumpuhan.

“Bulan April, ini sudah 6 tahun lamanya saya menderita lumpuh, saat kerja angkat bata, papan tempat saya berpijak patah sehingga saya jatuh ke lubang dan tertimpa batu bata, sejak itu saya tidak bisa berjalan, dokter bilang tulang belakang saya patah, tidak berapa lama istri meninggalkan saya bersama Aan,” kenang Bakri, Selasa(25/2/2020).

Bakri pun mengaku sedih melihat sang anak harus menggantikan perannya sebagai tulang punggung keluarga.

“Saya sedih pak, namun dia adalah anak berbakti, tidak pernah sekalipun mengeluh,”ungkapnya.

Usai merawat ayahnya ketika pulang sekolah, Aan pun mulai bergegeas menuju ke tempatnya bekerja sebagai buruh batu bata. Lokasinya berjarak kurang lebih 500 meter dari rumahnya dengan berjalan kaki.

Satu demi satu batu bata yang telah dicetak di tempatnya dibolak-balik agar cepat kering. Pekerjaan ini telah dilakoninya sejak 5 tahun yang lalu.

Dalam sehari, Aan mengaku bisa mendapatkan uang antara Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu .

“Ndak capek, karena selalu ingat bapak yang sakit,saya mau cari uang untuk bapak, dan nenek , juga untuk beli obatnya,” ujar Aan

Ancu, majikan batu bata tempat Aan bekerja juga mengaku prihatin dengan kondisi yang dialami bocah tersebut.

“Harusnya kan usia dia sekarang, dia belajar dan bermain. Saya salut, dia rajin dan pekerja keras, bahkan kalau saya panggil makan, selalu menolak, katanya mau makan sama ayahnya saja di rumah,” ujar Ancu.

Ancu pun berharap kehidupan Aan bisa diperhatikan oleh pemerintah. “Jangankan Aan sebagai buruh, kita pun juga menjalani kehidupan yang sulit, bisnis batu bata sulit apalagi kalau musim hujan seperti ini,” tutur Ancu. (*)



Pos terkait