BELOPA — Sikap terpuji anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Luwu, Awaluddin, patut dicontoh. Dimanapun dan dalam kondisi apapun, ia tetap menjalankan perintah agamanya.
Seperti ia tunjukkan saat pengamanan event Offroad yang digelar di Luwu dua pekan lalu. Memasuki hari pertama, seluruh peserta offroad menggelar camping di Desa Kaladi, Kecamatan Suli Barat. Saat tiba, sudah masuk salat Magrib.
Untuk ke masjid di desa itu, jaraknya cukup jauh dan mendaki. Di dalam tenda yang disiapkan panitia, kondisinya juga agak kotor.
Awaluddin pun memilih shalat di sebuah batu besar di pinggir sungai yang permukaannya cukup rata. Batu tersebut bersih. Untuk tempat sujud, ia mengalasnya dengan sebuah kain kecil.
Di Satpol PP Luwu, ia ditunjuk menjadi Komandan Peleton (Danton). ” Beliau memang tak pernah meninggalkan shalat. Dalam kondisi apapun. Ketika waktu salat tiba, kami selalu diajak untuk berjamaah,” kata Muh Husain, salah satu anggota Satpol PP Luwu.
Sebagai bahan referensi, Masya Allah dan subhanallah sering diucapkan kaum muslim. Tapi banyak yang sering terbalik menggunakan kata ini.
Dikutip dari Muslim.or.id, Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan, “Disyariatkan bagi orang mukmin ketika melihat sesuatu yang membuatnya takjub hendaknya ia mengucapkan ‘Masya Allah’ atau ‘Baarakallahu Fiik’ atau juga ‘Allahumma Baarik Fiihi’.
Lalu apa makna dari ucapan Masya Allah? Arti masya Allah dalam bahasa Indonesia adalah “Apa yang dikehendaki oleh Allah, maka itulah yang akan terjadi”.
Ringkasnya, “Maa syaa Allah” bisa diterjemahkan dengan dua terjemahan, “Inilah yang diinginkan oleh Allah” atau “Apa yang dikehendaki oleh Allah, maka itulah yang akan terjadi”.
Maka ketika melihat hal yang menakjubkan, lalu kita ucapkan “masya Allah”, artinya kita menyadari dan menetapkan bahwa hal yang menakjubkan tersebut semata-mata terjadi karena kuasa Allah. (*/adn)