Sejarah Bulan Ramadhan dan Keutamaan Puasa Ramadhan

RITMEE.CO.ID – Ramadhan menjadi bulan mulia serta penuh berkah yang selalu dinanti-nantikan oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Selain itu, bulan Ramadhan juga selalu disambut gembira oleh seluruh kaum muslimin, tidak terkecuali oleh masyarakat muslim Indonesia. Pada bulan Ramadhan ini Alloh menjanjikan banyak kebaikan dan keberkahan serta pahala yang berlipat lipat bagi bagi mereka yang bisa memanfaatkan dengan baik bulan ini.

Salah satu ibadah yang khas di bulan Ramadhan adalah berpuasa. Karena memang di bulan Ramadhan ini Allah Subhana wa Ta’ala mewajibkan umat Muslim untuk berpuasa.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah : 183).

Saat menunaikan ibadah puas Ramadhan, kita sebagai umat Muslim wajib menahan diri dari lapar, haus, serta aneka perbuatan yang bisa merusak dan membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Sejarah Bulan Ramadhan

Sejarah bulan Ramadan tentunya tidak dapat dipisahkan dari peristiwa penting yang dialami oleh Nabi Muhammad ketika melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah. Hijrah dilakukan untuk menghindari dari gangguan kaum musyrik Quraisy pada waktu itu.

Puasa Ramadhan sendiri diwajibkan pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya pada bulan Sya’ban tahun 2 Hijriyah.

Menurut Imam al Qurtubi, orang yang pertamakali melakukan puasa Ramadhan adalah Nabi Nuh AS. Nabi Nuh berpuasa setelah banjir besar menimpa umatnya yang kafir.

Nabi Nuh berpuasa sebagai wujud rasa syukur kepada Allah Ta’ala atas keselamatan dirinya dan kaumnya yang beriman.

Sebelum turunnya ayat yang mewajibkan berpuasa di bulan Ramadhan, umat Islam biasa berpuasa pada 10 Muharram atau yang dikenal dengan hari ‘Asyura.

Puasa 10 Muharram ini awalnya dilakukan ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam di masa hijrah, dimana beliau melihat orang-orang Yahudi yang biasa berpuasa setiang tanggal 10 Muharram.

Kemudian Rasulullah bertanya kepada salah satu dari orang Yahudi, apa alasannya melakukan puasa. Mereka orang Yahudi pun menjawab berpuasa karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyelamatkan Nabi Musa AS dan kaumnya dari tentara Firaun. Nabi Musa AS pun kemudian berpuasa pada hari 10 Muharram sebagai bentuk syukur kepada Allah.

Mendengar hal itu Nabi Muhammad pun menjelaskan peristiwa tersebut kepada umatnya dan memerintahkan umat Isalm agar berpuasa pada tanggal 10 Muharram.

Keutamaan Puasa Ramadhan

Di bulan Ramadhan umat Islam diwajibkan untuk berpuasa. Karena berpuasa di bulan Ramadhan ini memiliki banyak keutamaan.

  1. Penghapus Dosa

Rasulullah shallalahu ‘alaihi wassallam bersabda:

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

  1. Meredam Syahwat (Hawa Nafsu)

Nabi shallalahu ‘alaihi wassallam bersabda:

“Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya menikah lebih bisa menundukkan pandangan dan lebih mudah menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sesungguhnya puasa itu adalah penekan syahwatnya.” (HR. Imam Ahmad dan Imam Bukhari).

  1. Pahalanya Dilipat gandakan

Keutaman lainnya dari berpuasa adalah pahala orang yang melakukannya akan dilipatgandakan oleh Allah Subhana wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu Alahi wassallam bersabda:

“Setiap amal kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada bau minyak kasturi.” (HR. Muslim). (*/dirman)