Untuk Peringatan Dini Bencana, Dua Pemuda Palopo Rakit Pesawat Tanpa Awak

Pesawat tanpa awak yang dirakit dua pemuda Palopo. Setelah rampung, nantinya pesawat tersebut akan diberikan ke BPBD untuk pemantauan dari udara wilayah rawan longsor dan banjir.

PALOPO — Dua pemuda di kota Palopo saat ini tengah merakit pesawat tanpa awak atau UAV.

Keduanya ialah Hendra Safri yang saat ini tercatat sebagai dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Palopo dan Wawan Maraba, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mega Buana.

Bacaan Lainnya

Kepada Ritmee.co.id, Hendra mengatakan membuat pesawat tanpa awak itu berawal dari keresahan seringnya longsor dan banjir di Luwu Raya.

“Saya kepikiran bersama adinda saya Wawan Maraba. Bagaimana kalau ada peringatan dini dengan membuat pesawat tanpa awak yang bisa mengambil gambar dan video di titik longsor. Dengan tujuan pencegahan awal,” kata Hendra, Kamis (10/2/2022).

“Alhamdulillah bisa terbang. Mudah-mudahan pesawat tanpa awak ini bisa bermanfaat nantinya,” harapnya.

Untuk tahap awal, pihaknya masih ujicoba sejak mulai dirakit Desember 2021 lalu.

“Uji coba terakhir kemarin, bisa terbang sampai ketinggian sekitar 150 meter. Jarak kendali sejauh 1 KM dengan kecepatan angin 0,6 Knot,” terang Hendra.

Nonton video ujicoba pesawat tanpa awak yang dibuat pemuda Palopo.

BAHAN SEADANYA

Karena masih tahap ujicoba, bahan untuk badan pesawat tanpa awak itu dibuat menggunakan polyfoam (sejenis gabus.

“Rencananya kami uji coba terus sampai 10 kali untuk mengukur keseimbangan dan daya angkat atau torsi. Nanti kalau sudah aman baru dibuat body pesawat dari fiber dan dipasangi ardupilot dan kamera runcam 4,” beber Hendra.

“Jadi semuanya dikendalikan lewat laptop untuk pengambilan gambar dan video,” tambahnya lagi.

Selain bahan gabus, komponen lainnya dibeli dari luar daerah. Ada dari Yogyakarta dan Cina. Termasuk baterainya jenis Lipo 5200 Mah. Komponen Ardupilotnya juga dari Cina. Di Palopo kemudian dirakit lagi, dan uji coba software.

“Sudah dua baterai meledak selama uji coba. Salah sambung kabel, pasti meledak,” terangnya.

Untuk pembelian bahan, Hendra bersama rekannya Wawan sudah mengeluarkan total biaya sekitar Rp8 juta.

“Rencananya kalau sudah benar sesuai standar, kami serahkan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk digunakan memantau titik longsor dan banjir agar ada peringatan dini,” tandasnya. (asm)

Pos terkait