Ada Sejak Ribuan Tahun, Ini Sejarah Ketupat Lebaran

JAKARTA – Ketupat sudah dikenal sejak abad 15. Bentuk dan namanya punya filosofi dan diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga.

Ketupat tak sekedar olahan nasi tetapi menjadi hidangan ikonik Lebaran. Berbagai hiasan dengan tema ketupat, selalu memenuhi kartu ucapan, dekorasi, jadi menu wajib di setiap rumah saat lebaran.

Rupanya tradisi menyantap hidangan ketupat dengan aneka lauk, kuah opor, sampai sayuran sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun lalu.

Dilansir ritmee.co.id dari Detikcom, ketupat bisa dibilang sebagai hidangan sederhana. Dibuat dari anyaman daun kelapa muda berbentuk segi empat, diisi dengan beras yang sudah dicuci kemudian dimasak hingga matang.

Menurut dari catatan sejarah yang ada, ketupat sudah eksis sejak ratusan tahun lalu. Bahkan ketupat sudah dibuat pada era Kerajaan Demak. Tak heran tradisi menyantap ketupat saat Lebaran, sangat melekat bagi orang Indonesia.

Lewat catatan Hermanus Johannes de Graaf, ahli sejarah asal Belanda dalam bukunya ‘Malay Annual’. Ia menjelaskan bahwa ketupat ini pertama kali muncul di daerah Jawa, tepatnya di abad 15. Pada masa kepimpinan Kerajaan Demak.

Diskripsi ketupat mirip dengan apa yang kita kenal sekarang. Ketupat berasal dari beras yang dibungkus anyaman daun kelapa. Tapi hanya bisa menggunakan daun kelapa muda. Setelah matang, tekstur ketupat menjadi beras padat yang kenyal.

Ketupat kemudian diperkenalkan kepada masyarakat umum oleh Sunan Kalijaga, saat menyebarkan agama Islam di Indonesia.

Ketupat penuh filosofi terlepas dari kepopulerannya sebagai makanan Lebaran. Lewat artikel ‘Ketupat as traditional food of Indonesian culture’, yang diterbitkan di tahun 2018 lalu diungkap tentang filosofi ketupat.

Artikel ini menyebut bahwa ketupat merupakan simbol kebersamaan hingga solidaritas sosial. Karena ketupat selalu dimakan bersama-sama dengan keluarga, kerabat, sampai tetangga.

Simbol ini tak lepas dari tradisi hantaran saat Lebaran. Orang-orang akan mengirimkan rantang atau bingkisan, berisi ketupat lengkap dengan opor, lauk, dan sayuran untuk sanak saudara sampai tetangga.

Seperti yang dijelaskan Hermanus Johannes de Graaf. Ketupat diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, dalam rangka berdakwah untuk menyebarkan agama Islam di daerah Jawa.

Saat itu, mayoritas penduduk di Jawa masih memeluk agama kepercayaan. Dikenal juga dengan nama Kejawen. Ketupat digunakan Sunan Kalijaga untuk melakukan pendekatan dalam sisi budaya.

Dia percaya bahwa ketupat bisa menjadi alat yang lebih familiar, dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang kental pada saat itu. Kemudian perlahan agama Islam mulai diterima secara luas. Ketupat pun melekat jadi hidangan ikonik pada perayaan Islam, seperti Idul FItri hingga Idul Adha.

Bentuknya yang unik, dengan warna hijau kekuningan sebelum dimasak. Membuat ketupat tampil menarik. Ternyata di setiap elemen ketupat ini memiliki artian masing-masing.

Seperti isian beras atau nasi. Nasi digambarkan sebagai nafsu, sementara daun kelapa muda yaitu janur, merupakan singkatan dari jatining nur atau cahaya sejati dalam kosa kata Jawa. Bisa juga diartikan sebagai hati nurani.

Jika digabungkan perpaduan nasi dan anyaman janur ini, memberikan filosofi bahwa manusia harus bisa menahan hawa nafsu mereka. Salah satunya dengan menggunakan hati nurani mereka.

Popularitas ketupat sebagai hidangan ikonik saat Lebaran juga menyebar ke negara tetangga. Terutama negara tetangga yang memiliki banyak penduduk muslim.

Contohnya Malaysia, Brunei, hingga Singapura. Bukan tanpa alasan mengapa ketupat populer di luar negeri. Dalam penyebaran agama Islam, aspek

Karenanya ketika Lebaran tiba, banyak orang yang menyantap hingga menyajikan ketupat sebagai syarat atau tradisi yang tak terlupakan. (*)