Akademisi Asal Lutra : Pilkades Harus Fokus Pada Rekonsiliasi Pasca Pemilihan

LUTRA — Sebanyak 102 desa sedang menggelar pesta demokrasi dalam pemilihan kepala desa yang tersebar di 15 kecamatan, Rabu (14/7/2021).

Menurut akademisi asal Luwu Utara, Munawir Mamang, SE.MM, desa adalah embrio bagi terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia dan basis bagi demokrasi bangsa, salah satunya dapat ditunjukkan melalui aktivitas pemilihan kepala desa (Pilkades). Aktivitas pemilihan kepala desa merupakan aktivitas politik yang menunjukkan bagaimana proses demokrasi terjadi di desa.

Bacaan Lainnya

“Pilkades tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dinamika politik yang terjadi di desa. Pilkades tidak semata perebutan kekuasaan dalam rangka suksesi kepemimpinan di desa atau bagaimana strategi kampanye dilakukan agar mendapat dukungan dari masyarakat desa. Akan tetapi lebih daripada itu menyangkut gengsi, harga diri dan kehormatan sehingga bagi masyarakat desa Pilkades lebih emosional dan rasional dibandingkan dengan pemilihan-pemilihan lainnya seperti Pilkada, Pileg bahkan Pilpres,” jelas dosen fakultas ekonomi Unanda itu.

“Sehingga hajat besar Pilkades yang dihelat secara serentak di Luwu Utara harus fokus kepada rekonsiliasi pasca Pemilihan. Semua unsur BPD, panitia, tim pemenangan calon yang menang dan yang kalah harus bersama mempunyai tujuan membangun desa ke depan,” sambungnya.

Ia berharap, Pilkades di Luwu Utara tidak menyisakan perselisihan. Siapa pun terpilih tetap saling merangkul. Desa dapat maju lebih berkembang tentu membutuhkan kerja kolektif yang harmonis dari seluruh elemen masyarakat. Baik itu para simpatisan pemenang pilkadas dan juga rival politiknya.

“Pembangunan desa tidak hanya bisa di bebankan pada Kepala desa terpilih saja, tapi pembangunan desa akan jauh lebih afektif jika adanya keterlibatan atau partisipatif masyarakat didalamnya. Pilkades berdaulat, desa berkemajuan,” tandas pria yang akrab disapa Abho itu. (*)

Pos terkait