WASHINGTON – Piala Dunia 2002, nama Hakan Sukur begitu dipuja publik Turki. Bagaimana tidak, mantan penyerang Inter Milan tersebut sukses membawa negaranya, Turki menjadi juara 3 di pesta sepakbola terbesar di dunia itu.
Namun, hal tersebut seolah berputar 180 derajat dengan kehidupan pahlawan Turki di Piala Dunia 2002 itu. Hakan Sukur mengaku hidupnya tak lagi segemerlap dulu.
Dilansir ritmee.co.id dari SINDOnews, saat ini Hakan Sukur menggantungkan hidupnya sebagai pengemudi taksi online Uber dalam pengasingannya di Amerika Serikat.
Mantan pesepak bola kelahiran Adapazarı, Turki, 1 September 1971 itu termasuk bintang di Serie A dan tampil reguler dari tahun 2000 hingga 2002. Hakan Sukur mencetak sembilan gol dalam 44 penampilan Serie A, sementara di timnas Turki, dia membawa negaranya finis di posisi ketiga Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang.
Jalan hidup Bull of the Bosphorus-julukan Hakan Sukur- berubah secara dramatis setelah pensiun dari sepak bola, ketika dia memasuki dunia politik dan terpilih menjadi anggota Parlemen Turki.
Pada tahun 2011, mantan penggawa Torino, Parma, dan Galatasaray, itu berselisih dengan Presiden Turki Recep Erdogan. Bersama dengan banyak orang lain, Hakan Sukur dituduh berpartisipasi dalam kudeta yang gagal, yang memaksanya pergi ke pengasingan demi keselamatan dirinya.
“Saya tidak punya apa-apa lagi, Erdogan mengambil segalanya: hak kebebasan saya, kemerdekaan berekspresi, dan hak untuk bekerja,” ungkap Hakan Sukur kepada surat kabar Jerman Welt am Sonntag.
“Tidak ada yang bisa menjelaskan apa peran saya dalam kudeta ini, seperti yang disangkakan. Saya tidak pernah melakukan sesuatu yang ilegal, saya bukan pengkhianat atau teroris.”
“Saya mungkin menjadi musuh pemerintah ini, tetapi bukan negara atau bangsa Turki. Saya mencintai negara saya. Setelah berpisah dengan Erdogan, saya mulai menerima ancaman. Toko istri saya diserang, anak-anak saya diganggu, ayah saya dipenjara dan semua aset saya disita.
“Jadi saya pindah ke Amerika Serikat, awalnya mengelola sebuah kafe di California, tetapi orang-orang aneh terus datang ke sana. Sekarang saya menjadi pengemudi Uber dan menjual buku.” (*)