KesehatanNasional

Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis Program untuk Menyiapkan Generasi Muda Menuju Indonesai Emas

325
×

Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis Program untuk Menyiapkan Generasi Muda Menuju Indonesai Emas

Sebarkan artikel ini
Foto: Ilustrasi

Jakarta- Program Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP) yang diorientasikan bagi pengelola kesehatan jiwa di puskesmas diharapkan dapat diterapkan lintas setting mulai dari sekolah, tempat kerja, masyarakat, hingga perguruan tinggi, Kamis (18/09/2025).

Hal itu diungkap oleh Ketua Tim Kerja Promosi Kesehatan Jiwa dan Kemitraan Kementerian Kesehatan, Yunita Restu Safitri saat melaksanakan orientasi nasional P3LP di Jakarta (17/09) kemarin.

“P3LP ini mirip dengan P3K. Kalau P3K menangani luka fisik yang kasat mata, maka P3LP fokus pada luka psikologis yang sifatnya subjektif. Jadi langkah pertama adalah menolong diri sendiri agar mampu menolong orang lain,” ujar Yinita Restu Safitri.

“Untuk itu, peningkatan literasi kesehatan jiwa melalui program Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP) ini sifatnya penting dilakukan mulai dari sekolah, tempat kerja, masyarakat, hingga perguruan tinggi,” tegasnya.

Menurut Yinita, orientasi ini akan menjadi dasar bagi para pengelola program kesehatan jiwa untuk menyebarkan pengetahuan P3PL di berbagai sasaran.

“Tahun 2026 mendatang, sekolah menengah menjadi target prioritas dan disusul setting lain yang relevan,” ungkapnya.

Yunita juga menekankan bahwa P3PL tidak hanya membangun kesadaran, tetapi juga menyiapkan generasi muda menghadapi bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045.

“Kita tidak hanya memanen jumah, tapi juga harus memanen kualitas. Anak-anak yang hari ini masuh balita akan menjadi generasi produktif di tahun 2045. Mereka perlu fisik dan jiwa yang sehat,” terangnya.

Selain itu, Yunita juga mengaitkan program ini dengan intervensi spesifik, seperti pencegahan stunting, hingga penuatan positive parenting sejak usia dini.

“Pendekatan promotif itu diperkuat dengan buku saku P3PL yang dapat dimanfaatkan mulai dari jenang PAUD,” katanya.

“Kesehatan jiwa bukan hanya urusan pengelola program. Semua orang punya jiwa, maka semua orang harus menjaga agar tetap sehat. Dengan lingkungan yang sehat jika akan lebih produktif, lebih optimis, dan membawa dampak besar bagi bangsa,” pungkas Yunita. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *