RANTEPAO – Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 6 Balusu, Kabupaten Toraja, terpaksa melewati jembatan bambu yang patah dan rapuh setiap harinya.
Kendati membahayakan, namun jembatan itu merupakan satu-satunya akses penyebrangan di Sungai Balusu, menuju sekolah mereka.
Sementara para siswa yang takut melewati jembatan ini, memilih untuk berbasah-basahan. Mereka berjalan melewati arus sungai.
Jembatan yang dibuat warga dengan ditopang beberapa bilah bambu itu, sudah hampir satu tahun mengalami kerusakan.
Salah seorang siswa kelas lima SDN 6 Balusu, Agnes Siapadandi mengaku lebih memilih untuk melewati sungai lantaran takut melewati jembatan yang sudah rusak dan rapuh itu.
Ia juga mengatakan, jika debit air di Sungai Balusu meninggi. Ia dan teman-temannya memilih untuk tidak berangkat sekolah.
” Menyeberang sungai karena jembatan rusak, takut lewat diatas, kalau banjir tidak kesekolah,” katanya.
Penuturan Agnes itu juga dibenarkan salah seorang gurunya, Yuliani Patalle. Ia mengatakan, setiap hari dirinya bersama beberapa guru lainnya tidak lagi berani melewati jembatan dengan kondisi miring.
Sehingga katanya, mereka terpaksa bersama siswa ikut menyeberangi sungai saat menuju ke sekolah.
” Sudah hampir satu tahun keadaannya seperti ini, tidak ada akses lain, jadi tiap hari kalau tidak melalui jembatan, siswa, guru ataupun warga yang lain melewati sungai,” katanya.
Lanjut Yuliana, bahwa jika sungai Balusu mengalami banjir, pihak sekolah terpaksa meliburkan siswa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
” Setiap Banjir tiba, Sekolah terpaksa diliburkan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya.
Siswa, guru dan masyarakat setempat pun berharap agar pemerintah Toraja Utara bisa memberi perhatian khusus, karena jalur tersebut merupakan jalur satunya-satunya untuk menuju ke sekolah dan jalan lintas untuk menuju ke ibu kota kabupaten. (*)