JAKARTA — Poltracking Indonesia menyelenggarakan survei pada 25 September – 1 Oktober 2023 di Jawa Barat dengan menggunakan metode stratified multistage random sampling. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 1000 responden dengan margin of error +/- 3.1% pada tingkat kepercayaan 95%.
Klaster survei menjangkau 27 kabupaten/kota di Jawa Barat secara proporsional berdasarkan data jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 2024, sedangkan stratifikasi survei ini adalah proporsi jenis kelamin pemilih. Metode sampling representasi seluruh populasi pemilih secara lebih akurat.
Pengumpulan data dilakukan oleh pewawancara terlatih melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan teknologi aplikasi digital terhadap responden yang telah terpilih secara acak. Setiap pewawancara mewawancarai 10 responden untuk setiap satu desa/kelurahan terpilih.
Maksud dan tujuan dari survei ini adalah untuk mengukur peta kekuatan elektoral calon presiden (capres), calon wakil presiden (cawapres), dan partai politik di Jawa Barat. Mengapa Jawa Barat? Karena Jawa Barat merupakan provinsi dengan DPT terpadat mencapai 35.7 juta pemilih atau setara 17.6% secara nasional.
Demikian diungkapkan Direktur Riset Poltracking Indonesia, Arya Budi dalam keterangan tertulisnya, Selasa (10/10/23). Menurutnya kontribusi suara di Jawa Barat sangat menentukan perolehan suara Capres-Cawapres ataupun partai politik di tingkatan nasional pada Pemilu 2024 mendatang.
Dalam survei yang dilakukan di Jawa Barat Poltracking Indonesia mendapatkan empat poin temuan pokok dan analisis hasil survei ini, “Pertama, elektabilitas calon presiden di Jawa Barat. Pada simulasi surat suara 3 nama calon presiden, Prabowo Subianto memperoleh angka elektabilitas (44.2%) jauh di atas dua kandidat lainnya, yaitu Anies Baswedan (25.0%) dan Ganjar Pranowo (21.8%),” kata dia dikutip, Senin (11/10/23)
Namun demikian, kata Arya tren elektabilitas ketiga kandidat cenderung naik. Kenaikan tertinggi dalam rentang periode survei ada pada Prabowo Subianto (5.7%), disusul Anies Baswedan (3.0%), lalu Ganjar Pranowo (1.6%).
“Dalam simulasi dua kandidat (head-to-head), Anies Baswedan (32.5%) vs Ganjar Pranowo (30.9%) relatif seimbang. Sedangkan simulasi Prabowo Subianto (47.6%) vs Anies Baswedan (26.5%) berjarak cukup singinfikan (21.1%). Terakhir, head-to-head antara Prabowo Subianto (48.3%) vs Ganjar Pranowo (24.5%), jaraknya semakin lebar (23.8%) dengan keunggulan Prabowo Subianto,” rincinya.
Arya menjelaskan temuan yang kedua adalah elektabilitas calon wakil presiden di Jawa Barat. Pada simulasi 11 nama calon wakil presiden, Ridwan Kamil memperoleh angka elektabilitas (30.4%), diikuti Erick Thohir (14.5%), Muhaimin Iskandar (13.0%), Sandiaga Salahuddin Uno (9.1%), Agus Harimurti Yudhoyono (8.1%), Mahfud MD (3.2%), Gibran Rakabuming Raka (3.1%), Andika Perkasa (2.0%), Puan Maharani (1.4%), Airlangga Hartarto (1.1%), dan Khofifah Indar Parawansa (0.5%).
Peneliti senior Poltracking ini melakukan survei terhadap simulasi 10 nama calon wakil presiden, Ridwan Kamil memperoleh angka elektabilitas (32.0%), diikuti Erick Thohir (14.9%), Muhaimin Iskandar (13.1%), Sandiaga Salahuddin Uno (9.2%), Agus Harimurti Yudhoyono (8.4%), Mahfud MD (3.2%), Andika Perkasa (2.0%), Puan Maharani (1.4%), Airlangga Hartarto (1.1%), dan Khofifah Indar Parawansa (0.5%).
Adapun temuan yang ketiga yaitu elektabilitas calon presiden berdasarkan Wilayah Aglomerasi – Kultural di Jawa Barat. Dalam simulasi 3 calon presiden, di Wilayah Megapolitan (27.0%) elektabilitas Prabowo Subianto (40.9%), Ganjar Pranowo (29.3%), dan Anies Baswedan (27.4%). Di Pantura (26.0%) elektabilitas Prabowo Subianto (33.6%), Ganjar Pranowo (28.5%), dan Anies Baswedan (25.0%). Di Wilayah Bandung Raya (19.0%) elektabilitas Prabowo Subianto (40.7%), Anies Baswedan (23.2%), dan Ganjar Pranowo (10.2%). Di Priangan Timur (16.0%) elektabilitas Prabowo Subianto (53.2%), Anies Baswedan (23.4%), dan Ganjar Pranowo (20.9%). Sedangkan di Priangan Barat (12.0%) elektabilitas Prabowo Subianto (66.1%), Anies Baswedan (22.9%), dan Ganjar Pranowo (7.6%). Dari berbagai basis wilayah tersebut Prabowo cenderung unggul.
Selanjutnya temuan keempat, Poltracking adalah elektabilitas partai politik di Jawa Barat. Pada simulasi surat suara 18 partai politik, Partai Gerindra memperoleh elektabilitas (21.2%), diikuti PDI Perjuangan (17.6%), Partai Golkar (8.2%), Partai NasDem (7.4%), PKS (7.3%), PKB (6.7%), PAN (6.5%), Partai Demokrat (3.9%), PPP (2.4%), Perindo (1.3%), dan PSI (1.0%), sementara partai politik lainnya masih di bawah 1 persen.
“Temuan ini merupakan potret terbaru dari survei yang dilakukan pada akhir September sampai awal Oktober 2023. Peta politik masih sangat mungkin berubah bergantung kalkulasi elite dan keputusan pemilih dalam memantapkan pilihannya dalam Pemilu 2024,” pungkasnya.
(jhn/*)