LUWU – Salah seorang pasien MR (13) meninggal dunia di Rumah Sakit Batara Guru, Belopa, Kabupaten Luwu.
Namun, meninggalnya MR diduga karena lambannya pelayanan dari pihak rumah sakit.
Hal itu disampaikan oleh salah satu keluarga korban yang mengaku kecewa atas kelakuan rumah sakit.
Sebelum dibawa ke RS, MR mengalami kecelakaan dan dilarikan ke RS Batara Guru.
“Iya (MR) meninggal dunia saat dirawat di RSUD Batara Guru.” ujar keluarga almarhum, Minggu, (15/10).
Dia menjelaskan, selama MR di rumah sakit, pihaknya tidak mendapatkan pelayanan medis sebagaimana mestinya.
“Kami sudah berada di rumah sakit selama satu hari satu malam, tetapi kami tidak melihat tindakan medis yang memadai. Malam sebelumnya, kami dijanjikan bahwa seorang dokter akan memeriksa MR keesokan harinya, tetapi kami terkejut karena tidak tersedia alat pemindai (scan) untuk memeriksa kondisinya,” tuturnya.
Keluarga, kata dia kemudian mencoba untuk memohon agar MR dirujuk ke rumah sakit lain karena kondisinya terus memburuk.
Hal itu dilakukan karena pihak keluarga merasa bahwa keberadaan mereka di RSUD Batara Guru menjadi sia-sia tanpa kehadiran seorang dokter.
“Namun, pihak rumah sakit tetap bersikeras untuk menunggu kedatangan seorang dokter, yang sayangnya tidak pernah datang. Bahkan setelah berjam-jam, kami terus memohon agar MR dirujuk ke rumah sakit lain,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur RS Batara Guru Dokter Daud mengungkapkan jika pihaknya telah melakukan upaya penanganan terhadap pasien.
“Pertama kami tentu mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalam atas meninggalnya almarhum”. ucap Dokter Daud via telepon, Minggu, (15/10).
“Sebenarnya ini mis komunikasi saja, karena untuk merujuk pasien itu ada prosedur tertentu menggunakan sistem, saat keluarga almarhum meminta untuk di rujuk, kami sudah upayakan tapi tidak ada RS di palopo yang bersedia untuk menerima pasien, karena kebetulan dokter beda saraf yang ada di palopo saat itu sedang di makassar”. jelasnya.
Daud menegaskan, pihaknya belum merujuk pasien karena belum ada persetujuan dari RS di Palopo.
“Takutnya, kalau di paksakan untuk di rujuk dan almarhum saat itu kenapa-kenapa, pasti kami juga yang disalahkan” tambahnya.
Pihaknya juga mengatakan bahwa mereka sudah berupaya melakukan yang terbaik untuk alhmarhum.
“Pada prinsipnya kami sudah melakukan segala upaya terbaik untuk pasien dengan prosedur yang ada”. bebernya.
Mengenai informasi tentang perkataan yang tidak sepantasnya di ucapkan, ia mengatakan bahwa hal itu tidak benar.
“Masi banyakji dinda rekaman-rekaman telepon yang masuk ke saya, tapi sudahlah tidak baik hal begini mau di ributkan” tutupnya. (*)