Oleh: Anastasya
DESA Komba merupakan salah satu desa dari 7 desa yang berada di kecamatan Rongkong kabupaten Luwu Utara, provinsi Sulawesi selatan dengan luas 100,20 Km²) atau meliputi 19,05 persen luas wilayah Kecamatan Rongkong. Desa ini dipimpin oleh Lancar’ sebagai pengendali roda-roda pemerintahan di desa Komba.
Berbagai sumber daya alam yang dimiliki oleh desa Komba yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada didesa.
Desa Komba adalah desa yang memiliki potensi besar pada aspek pertanian dan pariwisata. Hal tersebut didukung oleh kondisi alam yang menyajikan keindahan pada setiap sudut tepi gunung disekitarnya. Ditambah kondisi tanah yang begitu subur menjadikan berbagai macam jenis tanaman tubuh dengan kualitas hasil yang memuaskan.
Pada sektor pertanian Setidaknya ada beberapa komoditi yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar diantaranya: pertanian padi, pertanian kopi, coklat, serta jenis tanaman lainnya. Di ketahui komoditi Lombok dan tomat beberapa tahun terakhir juga menjadi komoditi prioritas yang ditanam oleh mayoritas penduduk tani di desa Komba.
Pada aspek Wisata di desa Komba sendiri potensi tersebut sejak beberapa tahun lalu sudah mulai dirintis oleh pemuda setempat namun karna tak mendapat dukungan dari tokoh masyarakat dan juga pemerintah desa sehingga usaha tersebut tidak berjalan hingga kini.
Padahal kita mengetahui bahwa potensi pariwisata dapat memberdayakan masyarakat agar berperan sebagai pelaku langsung dalam upaya meningkatkan kesiapan dan kepedulian dalam menyikapi potensi yang ada. mereka dapat berperan sebagai tuan rumah yang baik bagi para wisatawan yang berkunjung, serta memiliki kesadaran akan peluang dan kesiapan menangkap manfaat yang dapat dikembangkan dari kegiatan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Setelah di telusuri dalam pengembangan potensi disektor pertanianpun juga terdapat beberapa masalah yang ditemui oleh petani dalam penggarapannya seperti yang dikatakan oleh salah satu petani lombok yang tinggal di dusun Komba yaitu bapak Hasbi” khusus bagi pertanian Lombok terdapat dua masalah yang menjadi keluhan di masyarakat. Pertama stabilitas harga pasar yang tidak menentu, kedua tidak adanya penada yang membeli hasil panen petani.
Kami sangat dirugikan dengan penurunan harga secara signifikan oleh pihak penada pasalnya hasil panen masyarakat kadang hanya dihargai 5000 rupiah per kilo yang biasanya dijual dengan Harga normal 30 ribu perkilonya, petani tentu sangat dirugikan dengan penurunan harga tersebut mengingat perawatan Lombok yang cukup banyak memerlukan biaya.
Berikut persoalan penjualan hasil panen yang tidak terakomodasi Lantaran minimnya pihak yang mau membeli atau memborong hasil panen petani. Jika tidak terjual Lombok petani hanya tinggal membusuk begitu saja, ujar pak hasbi.
Mendengar hal itu solusi yang dapat di berikan atas permasalahan tersebut kiranya, pemerintah setempat dapat mendorong pengembangan pariwisata sebagai program prioritas untuk menunjang perputaran ekonomi dan pendapatan desa melalui badan usaha milik Desa (BUMDES).
Mencari alternatif jalan keluar bagi para petani seperti mengatur stabilitas harga pasar melalui mekanisme peraturan daerah, peraturan bupati, serta beragam upaya lain yang dapat ditempuh sebagai solusi jalan keluar bagai persoalan kursial yang dilanda para petani lombok. Selain itu pemerintah melalui kepala dinas terkait juga dapat berperan menyediakan pos pos pasar sebagai wadah diamana produk pertanian ini dialokasikan. (*)