BELOPA — Pelestarian budaya merupakan upaya terus-menerus yang juga harus dilakukan melalui lembaga pendidikan formal. Reservasi budaya lokal merupakan bagian dari Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) PT Masmindo Dwi Area (MDA) yang diwujudkan sebagai komitmen mendukung pembelajaran seni tradisional di wilayah operasinya.
Sejak April lalu, MDA membantu Sekolah Budaya Luwu (SBL) I La Galigo dengan menyediakan sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar hingga dapat mengantarkan kelulusan lebih dari 50 murid untuk setiap angkatan.
SBL I La Galigo mengajarkan pengetahuan mengenai lagu, tari, pakaian adat, dan riasan Luwu selama 3 – 4 minggu. Guru-gurunya berasal dari Kedatuan Luwu dan Dinas Pariwisata Pemkab Luwu. Adapun murid-murid sekolah ini berasal dari aparatur sipil negara (ASN) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Luwu, tenaga pengajar di sekolah-sekolah, anggota organisasi wanita, dan masyarakat Luwu.
Hingga November ini, SBL I La Galigo telah mewisuda murid angkatan VII. “Keragaman adalah bagian dari budaya kerja Masmindo. Karena itu, Masmindo mendukung setiap upaya pelestarian budaya agar kekayaan adat istiadat Luwu tetap terjaga,” ujar Rahmad Sabang, Community Development & Empowerment Manager Masmindo dalam acara wisuda murid SBL I La Galigo Angkatan VII di Baruga Arung Senga, Belopa, Luwu, Sulawesi Selatan.
Acara wisuda yang biasa disebut sebagai Mappatemme Sikolah ini dilakukan bersamaan dengan perayaan hari jadi SBL I La Galigo yang kedua. Acara yang juga didukung oleh Masmindo ini menampilkan pembacaan puisi dalam bahasa daerah, tari klasik, tari kreasi, peragaan busana pejuang cilik, serta berbagai lomba olahraga tradisional seperti Mangngampang, Maccukke, dan estafet sarung. Acara Mappatemme Sikolah ini dihadiri pula oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Luwu, Maddika Bua, Maddika Ponrang, Dewan Adat 12 Kedatuan Luwu, dan perwakilan Polres Kabupaten Luwu.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Luwu, Tandiraja,mengatakan konsistensi Masmindo dalam mendukung sekolah budaya merupakan wujud kepedulian akan pendidikan dan pelestarian budaya Tanah Luwu dari perusahaan yang sangat baik.
Juli lalu, MDA mendirikan Banua Manarang sebagai perpustakaan anak dengan koleksi 250 buku, 30 permainan edukatif, 10 alat musik, dan berbagai perlengkapan menggambar. Pemantauan rutin oleh perusahaan dan aktivitas lanjutan juga dilakukan untuk memastikan aktivitas di Banua Manarang dilakukan secara optimal.
Tak hanya itu, MDA melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Dinas Perpustakaan Kabupaten Luwu untuk donasi 1.000 judul buku ke Banua Manarang, mendukung pelatihan kapasitas kader anak pintar, dan melakukan studi banding ke perpustakaan di Desa Paconne September lalu. Masmindo terus berkomitmen agar seni dan budaya tetap tumbuh lestari bersama tumbuhnya komunitas lingkar tambang. (fit)