KUTIM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) semakin gencar melakukan pencegahan stunting dengan fokus pada masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun periode kritis yang dikenal sebagai 1.000 hari pertama kehidupan.
Langkah ini diambil untuk menekan angka stunting di Kutim, sejalan dengan target nasional dalam pengentasan kekurangan gizi kronis pada anak.
Kepala Dinkes Kutim, dr. Bahrani, menekankan pentingnya pemenuhan gizi sejak awal kehamilan sebagai kunci mencegah stunting.
“Pencegahan dimulai dari pemenuhan gizi ibu hamil, seperti pemberian tablet penambah darah dan susu khusus. Ini penting untuk mencegah anemia yang bisa berdampak langsung pada perkembangan janin,” ungkapnya, Sabtu (02/10/2024).
Anemia pada ibu hamil menjadi perhatian utama Dinkes Kutim, mengingat dampaknya yang signifikan pada risiko stunting.
Ibu yang mengalami anemia berpotensi melahirkan bayi dengan risiko kekurangan gizi dan gangguan pertumbuhan.
“Anemia pada ibu hamil terkait erat dengan stunting, karena satu dari tiga ibu hamil di Kutim masih mengalami kondisi ini. Anemia dapat mengganggu pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko kekurangan gizi,” jelas dr. Bahrani.
Selain upaya langsung pada ibu hamil, Dinkes Kutim memperkuat kerja sama lintas sektor untuk memastikan program pencegahan stunting berjalan optimal.
Angka stunting di Kutim telah menunjukkan penurunan, dan dr. Bahrani optimis tren positif ini akan berlanjut hingga mencapai target nasional.
“Dengan kerja sama yang kuat, kami berharap angka stunting di Kutim terus turun dan tercapai sesuai target nasional,” tutupnya.
Program pencegahan stunting ini diharapkan tidak hanya menjaga kesehatan anak-anak Kutim sejak dini, tetapi juga membangun generasi yang lebih sehat, cerdas, dan produktif di masa depan. (adv)